Jumat, 17 April 2015

SINDROMA SELLAKOSONG



MAKALAH SISTEM ENDOKRIN 1
SINDROMASELLAKOSONG
Dosen Pembimbing:
Ns.Diah Eko Martini,.M.kep

Disusun Oleh:

1.Anna Rohmatin Mariya Ulfa



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TP:2014/2015




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
System endokrin terdiri atas kelompok organ yang sangat terintegrasi dan tersebar luas dengan tujuan mempertahankan keseimbangan metabolic atau homeostasis, diantara berbagai organ tubuh.Untuk mencapai hal ini, kelenjar endokrin mengeluarkan zat perantara kimiawi atau hormone, yang mengatur aktivitas organ sasaran. Antara lain, Kelenjar hipofifis yaitu sebuah struktur kecil mirip kacang yang terletak di dasar otak di dalam cekungan sela tursika. Struktur ini terkait erat dengan hipotalamus yang berhubungan dengan hipofisis melalui “tangkai”, yang terdiri dari akson yang berjalan dari hipotalamus, dan pleksus vena yang membentuk sirkulasi portal. Bersama dengan hipotalamus, hipofisis berperan sentral dalam pengendalian sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sejumlah proses juga mengganggu aktivitas normal system endokrin, sehingga terbentuk ketidaknormalan, atau adanya penyakit yang di sebut dengan Adenoma hipofisis dan Sindroma sella Kosong, kedua masalah tersebut disebabkan oleh adanya gangguan sintesis dan pelepasan hormone. Sehingga butuh penanganan yang tepat, oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul “askep sindroma sella kosong dan adenoma hipofisis”.

1.2.Rumusan masalah
1.     Apa definisi dari Sindroma Sella Kosong?
2.     Apa Etiologi Sindroma Sella Kosong?
3.     Bagaimana Patofiologi Sindroma Sella Kosong?
4.     Bagaimana Manifestasi Klinis Sindroma Sella Kosong dan?
5.     Bagaimana Penatalaksanaan Sindroma Sella Kosong?
6.     Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Sindroma Sella Kosong?

1.3.Tujuan penulisan
1.3.1.     Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah Sistem Endokrin serta mempresentasikannya, pada program S1-Keperawatan di STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Tujuan Khusus :
1.3.2.     Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
1.     Untuk menjelaskan pengertian dari sindroma sella kosong
2.     Mengetahui etiologi sindroma sella kosong
3.     Dapat memahami patofisiologi sindroma sella kosong
4.     Mengetahui manifestasi klinis sindroma sella kosong dan adenoma hipofisis
5.     Mengetahui penatalaksanaan sindroma sella kosong
6.     Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada sindroma sella kosong



1.4.     Manfaat
1.   Agar mengetahui tentang definisi sindroma sella serta penyebab-penyebabnya.
2.   Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaannya.
3.   Mampu mampu memberikan asuhan keperawatan pada sindroma sella kosong.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sindroma sella Kosong
Sindrom sella kosong adalah kondisi di mana kelenjar hipofisis menyusut atau menjadi rata.Sindroma sella kosong merupakan hasil perluasan asimtomatik sella turcica karena cacat dalam diapragma sellae serta herniasi meningas subarachnoidea dan cairan cerebrospinalis (LCS) ke dalam sella.Ia tersering timbul dalam wanita kegemukan usia separuh baya dan dalam pemeriksa autopsy ditemukan 5-26% orang. Sebab lain, sindroma sella kosong mencakup tumor nekrotikans dan bergenerasi,
Klasifikasi :
1.     Sindroma sella kosong primer
Sindroma sella kosong  primer terjadi ketika cacat anatomi kecil di atas kelenjar hipofisis meningkatkan tekanan di sela tursika dan menyebabkan kelenjar untuk meratakan keluar sepanjang dinding bagian dalam rongga sela tursika. Sindroma sella kosong primer dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi pada wanita.Gangguan tersebut dapat menjadi tanda hipertensi intrakranial idiopatik.
2.     Sindroma sella kosong sekunder
Sindroma sella kosong sekunder adalah hasil dari kelenjar hipofisis kemunduran dalam rongga setelah cedera, pembedahan, atau terapi radiasi.Individu denganSindroma sella kosong sekunder akibat kerusakan kelenjar hipofisis memiliki gejala yang mencerminkan hilangnya fungsi hipofisis, seperti berhentinya periode menstruasi, infertilitas, kelelahan, dan intoleransi terhadap stres dan infeksi.

Gambar sindroma sella kosong

2.2.Etiologi
Sindroma sella kosong terjadi karena kelenjar hipofisis telah rusak, karena :
1.     Suatu tumor
2.     Terapi radiasi
3.     operasi
2.3.Patofisiologi
Sebuah diafragma sella yang tidak lengkap adalah prasyarat penting untuk pemgembangan sella kosong. Semua factor lain hanya predisposisi untuk perkembangan subarachnoid intrasellar herniasi, baik dengan peningkatan tekanan dalam ruang subarachnoid suprasella atau dengan pengurangan ukuran kelenjar hipofisis.
1.     Congenital, kekurangan dari diafragma sella : tidak adanya total diafragma sella 20,5% dari subyek normal. sella kosong juga dilaporkanterjadi pada 5,5% dari populasi normal.
2.     Factor suprasella : ketika diafragma sella tidak lengkap, cairan serebrospinal secara tidak langsung mengalir pada muka atas dari kelenjar hipofisis. Tekanan ruang suprasella berkurang bila tekanan intracranial meningkat. Selain itu, tempat kiasma optic posterior juga dapat menghadap permukaan atas dari kelenjar hipofisis dan dengan demikian meningkatkan tekanan cairan serebrospinal di atasnya.
3.     Factor hipofisis : setiap penurunan ukuran kelenjar hipofisis intrasella dari bertambahnya luas subarachnoid suprasella. Pengurangan tersebut dapat terjadi karena :
a.      Fisiologisinvolusi: terjadiseringpada wanita.Kehamilanmembawavariasi yang besardalam ukurankelenjar hipofisisdan setelah melahirkanadainvolusi. Demikian pula,setelah menopausepenguranganvolumehipofisis.Inimenjelaskanperubahanyang sangat jelasdalamperempuan, terutamasetelah usia40tahun.Situasi yang samaterjadidalam kasus-kasusutamakegagalan organ(tiroid,adrenal,gonad) dimana hipofisishiperplasiaterjadi karenahilangnyaumpan balik.Penggantiankekuranganhormonmenyebabkanpenekananumpan balikdarisekresihormon tropikhipofisisdaninvolusidarihipofisishiperplastikkelenjaryang mengakibatkansellakosong.
b.     involusiPatologis: penyusutandarikelenjarhipofisisdapatterjadisetelahpasca melahirkanhipofisisnekrosis(sindromSheehan) atauhipofisispada pasien denganinfarkdi penyakit jantung, diabetes, peningkatan tekanan intrakranial,cedera kepala, meningitis, atausinustrombosis.
4.     Pecahnyakistaintrasellaratauparasellar:Kistadiisi cairandari daerahSellarbaikdikenaldan dapat menyebabkanvisual ataugejala endokrinsertaperubahankonturdarisellatersebut.Pecahnyakistatersebutmemungkinkanintrasellarmemperpanjang ruang subarachnoid. Namun, pecah sepertimungkinjarang terjadi.
2.4.Pathway
Sindroma sella kosong
 

Gangguan harga diri

Primer (berasal dari kelenjar sendiri)
(
Sekunder (tumor, radiasi, dan operasi)

Penyusutan sella tursica
Penyusutan kelenjar hipofisis
Kecacatan pada kelenjar hipofisis
Tekenan di sela tursika ­
Nyeri
Lobus posterior

Lobus anterior

ADH  ¯

oksitosin¯


Gonadotropik ¯

Somatotropik ¯

hipopitutarisme

poliuria

Gangguan volume cairan

FSH ¯  LH ¯

Hormone pertumbuhan ¯

Tidak adanya seks sekunder

Gangguan tumbuh kembang

 






















2.5.Manifestasi Klinik
1.     Sindroma sella kosong primer
a.      Seringkali tidak ditemukan gejala akibat hilangnya fungsi kelenjar
b.     Kadang gejala timbul akibat peningkatan kadar hormone prolaktin
c.      Menstruasi yang tidak teratur atau tidak terjadi menstruasi
d.     Libido yang rendah
e.      Impotensia (disfungsi ereksi)
2.     Sindroma sella sekunder
a.      Letih, lesu
b.     Tidak tahan terhadap cuaca dingin
c.      Nafsu makan berkurang
d.     Penurunan berat badan
e.      Nyeri perut
f.      Tekanan darah rendah
g.     Sakit kepala
h.     Gangguan penglihatan
i.       Jika sindroma ini terjadi pada masa pertumbuhan, maka tinggi badan biasanya pendek (<150 cm)
j.       Rambut ketiak atau rambut kemaluan mengalami kerontokan
k.     Wanita : terhentinya siklus menstruasi, kemandulan, kegagalan menyusui.
l.       Pria : hasrat seksual menurun, rambut wajah atau rambut tubuh mengalami kerontokan.
m.   Anak-anak : pertumbuhan badan dan perkembangan seksualnya lambat.
2.6.Penatalaksanaan
1.     Sindroma sella kosong primer tidak ada pengobatan jika fungsi hipofisis normal, namun obat-obatan seperti bromokriptin, yang kadar prolaktin lebih rendah, mungkin diresepkan jika kadar prolaktin tinggi dan mengganggu fungsi ovarium atau testis.
2.     Sindroma sella kosong sekunder pengobatan melibatkan penggantian hormone yang kurang, harus menjalani terapi sulih hormone.

2.7.Komplikasi
1.     Komplikasi dari sindroma sella primer kosong termasuk hiperprolaktin ringan.
2.     Komplikasi dari sindrom sella sekunder kosong terkait dengan penyebab penyakit kelenjar hipofisis atau efek hormon hipofisis terlalu sedikit.
2.8.Pemeriksaan Penunjang
1.     Rotgen
2.     CT Scan
3.     MRI tulang tengkorak, semuannya menunjukkan adannya pembesaran sella tursika dan tidak adanya gambaran kelenjar hipofisis.
Gambar pemeriksaan dari MRI



2.9.Asuhan Keperawatan pada Sindroma Sella Kosong
2.9.1.     Pengkajian
Anamnesa, meliputi :
                                               i.          Identitas pasien :
a.      Nama : -
b.     Umur :biasanya paling umum pada usia separuh baya
c.      Jenis kelamin : secara spesifik tidak ada perbedaan, namun sering timbul pada wanita obesitas.
d.     Alamat :biasanya tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kejadian sindroma sella kosong dengan tempat tinggal.
e.      Pekerjaan :biasanya tidak ada hubungan dengan proses penyakit
                                             ii.          Riwayat Kesehatan :
a.      Keluhan Utama :biasanya pasien datang dengan keluhan pandangan sering kabur.
b.     Riwayat penyakit sekarang :biasanya pasien juga sering sakit kepala,
c.      Riwayat penyakit dahulu :biasanya klien tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya.
d.     Riwayat penyakit keluarga :tanyakan apakah anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.
e.      Riwayat kesehatan lingkungan :biasanya klien menjaga kebersihan diri maupun lingkungannya.
Pemeriksaan Fisik dan Observasi, meliputi :
1.     Keadaan Umum
Di dapatkan klien tampaklemah,
a.      TD          :  menurun(<120-80mmHg)
b.     N            :   normal(100x/menit)
c.      RR          :  normal (21x/menit)
d.     S             :  normal (37oC)
e.      BB          :  Menurun
2.     Tingkat kesadaran
Biasanya Kesadaran somnolen
Pemeriksaan kepala
a.      Kepala :biasanya mesosepal, rambut hitam, tipis, dan bersih, biasanya adanya tanda PTIK yaitu nyeri kepala, penurunan kesadaran, mual atau muntah
b.     Mata :biasanya mata anemis(-), sclera ikterik(-), dan pupil terhadap cahaya (+), pandangan kabur
c.      Hidung :biasanya pernapasan Cuping hidung (-), secret (+),epitaksis(-)
d.     Telinga :biasanya serumen (-), bentuk simetris
e.      Leher :
Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4.     Dada
Inspeksi :biasanya bentuk normal, pengembangan dada simetris, dan tidak ada retraksi dinding dada
5.     Jantung
Inspeksi :biasanya tidak ada pembesaran
Palpasi :biasanya tidak teraba ictus cordis
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi :biasanya tidak ada suara bising atau gallop
6.     Paru-paru
Inspeksi : pengembangan paru kanan kiri simetris
Palpasi :biasanya tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor seluruh lapang pandang
Auskultasi : pernafasan vesikuler
7.     Abdomen
Inspeksi : biasanya abdomen tampak rata, tidak ada pembesaran
Palpasi            :biasanya tidak ada pengerasan pada abdomen, terkadang nyeri perut
Perkusi : timpani
Auskultasi :biasanya bising usus normal
8.     Genetalia
Inspeksi :biasanya tidak ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Palpasi :biasanya tidak ada pembesaran genetalia
9.     Ekstremitas
Inspeksi :biasanya tidak ada oedema,
Palpasi :biasanya akral hangat

Pemeriksaan tambahan tentang nyeri
P   :biasanya pasien mengatakan nyeri sakit kepala
Q : biasanya pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk
R : biasanya pasien mengatakan nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala nyeri 6
T : biasanya pasien mengatakan nyeri menetap

Fungsional Gordon
1.     Pola nutrisi dan metabolism
biasanyaKlien mengalami penurunan nafsu makan,
2.     Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan makan yang mentah atau setengah matang, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan kebiasaan olahraga (lama frekuensi) karena dapat mempengaruhi lamanyapenyembuhan penyakit.
3.     Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, pendengaran serta penglihatan, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu, san tempat.
4.     Pola eliminasi
a.      Eliminasi Alvi : biasanyapasien tidak mengalami konstipasi
b.     Eliminasi Urine : biasanya mengalami poliguri, urine >500cc
5.     Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klienbiasanya terganggu karena adanya sakit kepala
6.     Pola tidur dan istirahat
Pola istirahat tidur biasanya terganggu sehubungan dengan poliguri
7.     Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya akan terjadi kecemasan dan ketakutan terhadap keadaan penyakitnya, merupakan dampak psikologi pasien. Sedangkan konsep diri klien, meliputi:body image, harga diri, peran, identitas apakah akan terjadi perubahan atau tidak.
8.     Pola hubungan dan peran
Biasanya Peran dan hubungan pasien dengan keluarga akan terjadi perubahan.
9.     Pola reproduksi seksual
biasanyaTerganggu berhubungan seksual karena penurunan libido.
10.  Pola penaggulangan stress
biasanyaPasien sering melamun sehubungan dengan penyakitnya.
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanyaakan terganggu karena badannya letih dan lesu.
Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium perlu untuk mengetahui apakah ada kelainan sistemik, kelainan metabolisme yang harus di koreksi :
1.     Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH< prolaktin kortisol, aldosteron, testosterone, androgen, penurunan hormon somatotropik ,test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realizing hormon.

2.9.2.     Contoh Analisa dan Diagnose Keperawatan
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
Ds : biasanya pasien mengatakan nyeri pada kepala
Do :
1.     Biasanya wajah Nampak meringis
2.     TT nyeri
P : biasanya nyerisakit kepala
Q : nyeri tertusuk
R : nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala nyeri 6
T : biasanya nyeri menetap
Tekanan di sella tursika meningkat
Nyeri
2.      
Ds : biasanya pasien akan mengatakan sering haus
Do :
1.     TTV
TD:Menurun(<120/80mmHg)
N: Normal(100x/menit)
S : Normal(37oC)
RR :Normal(21x/menit)
2.     Turgor kulit menurun(>2dtk)
3.     Membran mukosa bibir kering
4.     Mata cowong
5.     Urine : Menurun(>500cc)
Pengeluaran cairan berlebih (urine) sekunder dengan otot hipopituarisme
Gangguan kebutuhan cairan
3.      
Ds :
Biasanya klien mengatakan BB dan TB tidak bisa bertambah sesuai usia
Do :
Pertumbuhan rambut rontok.pemeriksaan serum darah ditemukan hormon somatotropik menurun
Hormone pertumbuhan menurun (somatotropik)
Gangguan tumbuh kembang


Diagnose Keperawatan
1.     Nyeri b.d Tekanan di sella tursika meningkat
2.     Gangguan kebutuhan cairan b.d Pengeluaran cairan berlebih (urine) sekunder dengan otot hipopituarisme
3.     Gangguan tumbuh kembang b.d Hormone pertumbuhan menurun (somatotropik)
2.9.3.   Perencanaan

Tanggal
No.DX
Tujuan
intervensi
Rasional
TTD

1
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang dengan
KH:
K:
Klien mampu mengidentifikasi penyebab dari nyeri kepala yang diderita
A:
Klien mengatakan nayaman setelah nyeri kepala berkurang
P:
Klien mampu melakukan teknik distraksi dan relaksasi dengan baik
P:
Skala nyeri berkurang1-10(3-4)

1.   Kaji nyeri secara komprehensif  Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2.   Berikan lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman.




3.   Observasi TTV


4.   Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri.
5.   Kolaborasi : berikan  obat analgesik sesuai dengan indikasi
1.     Untuk mengetahui skala nyeri.





2.     Meringankan nyeri dan memberikan rasa nyaman. Posisi yang nyaman dapat memberikan efek maksimal untuk relaksasi
3.     Untuk mengetahui keadaan umum pasien
4.     Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.



5.     Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.


2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam diharapkan gangguan keseimbangan teratasi dengan
KH:
K:
Klien mengetahui cara mengatasi gangguan keseimbangan cairan
A:
Klien mengatakan BAK nya sudah seperti biasa(Normal)
P:
Klien dapat mengatur jumlah minum dalam sehari
P:
TTV dalam batas normal
TD:120/80mmHg
N: 90 x/mnt
S; 370C
RR : 20 x/mnt), Turgor kulit normal (< 2 detik), membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, Urine normal (1500cc/24jam)

1.     Observasi perubahan TTV secara berkala










2.     kaji turgor kulit,kelembaban  membran mukosa (bibir, lidah).

3.     Ajarkan cara mencegah gangguan keseimbangan cairan secara sederhana


4.     Colaborasi pemberian cairan parenteral,tranfusi sesuai dengan indikasi
1.     Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.

2.     Indikator langsung keadekuatan volume cairan



3.     Agar tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan yang lebih berat


4.     Menurunkan resiko dehidrasi


3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6x24 jam diharapkan gangguan tumbuh kembang teratasi(berat badan klien bertambah) dengan
KH:
K:
Klien mengetahui cara meningkatkan TB dan Bbnya
A:
Klien mengatakan BB dan TB nya meningkat
P:
Klien menghabiskan seluruh porsi makannya
P:
BB dan TB naik pertumbuhan rambut baik dan tidak rontok
1.     Observasi perubahan TTV secara berkala

2.     Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan



3.     Berikan HE kepada klien tentang gangguan tumbuh kembang







4.     Kolaborasi dengan ahli gizi dantenaga kesehatan lain
1.     Untuk mengetahui potensi gangguan dini


2.     Memberikan nutrisi yang adekuat akan memperbaiki status gizi klien

3.     Agar pengetahuan klien tentang gangguan tumbuh kembang bertambah dan dapat mencegah terjadinya gangguan secara mandiri

4.     Agar terdeteksi secara dini apabila terjadi gangguan tumbuh kembang




2.9.4       IMPLEMENTASI

TGL/JAM
NO.DX
IMPLEMENTASI
RESPON PX
TTD
27/05/15
07:30















08:15




09:00









09:15




09:30






12:00




13:00







13:45

1,2,3
















3




2









1




1






2




1,2







4
Mengobservasi TTV dan skala nyeri pada kepala














Memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan


Mengkaji turgor kulit,kelembaban  membran mukosa







Memberikan obat analgesik sesuai dengan indikasi


Memberikan lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman.
memberikan cairan parenteral, transfusi sesuai indikasi.
Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri
Memberikan HE untuk mempertahankan status gizi agar TB dan TB bertambah sesuai dengan usia
DS:
Klien mengatakan nyeri pada kepala berkurang
DO:
Klien tampak rileks
P: biasanya nyeri sakit kepala
Q : nyeri Seperti tersususk
R : nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala nyeri 5
  T : biasanya nyeri menetap

DS:-
DO:
Klien menghabiskan porsi makan yang diberikan

DS:
Klien kooperatif
DO:
·       Turgor kulit normal (< 2 detik)
·       Membran mukosa bibir basah
·       Mata tidak cowong
·       Urine normal (1500cc/24jam)
DS:-
DO:
Klien meminum obat sesuai dengan anjuran

DS:
DO:
Klien tampak nyaman dan rileks



DS:
DO:
Klien kooperatif


DS:
DO:
Klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi sesuai dengan prosedur yang diajarkan oleh tenaga kesehatan

DS:
DO:
Klien mengerti dengan informasi yang diberikan tenaga kesehatan.



2.9.5       EVALUASI
NO.DX
TANGGAL/JAM
EVALUASI
TTD
1

S:
Biasanya klien mengatakan nyeri pada kepalanya berkurang/hilang
O:
1.     Biasanya wajah Nampak rileks
2.     TT nyeri berkurang
P : biasanya nyeri sakit kepala
Q : nyeri seperti tertusuktertusuk
R : nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala nyeri berkurang4(1-10)
T : biasanya nyeri menetap
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan/dihentikan


2

S : biasanya klien sudah tidak mengatakan sering haus
O :
1.     TD: (Normal)120/80mmHg
N: (Normal)100x/menit
S: (Normal):37OC
RR: (Normal)21x/menit
1.     Turgor kulit normal(kembali < 2dtk)
2.     Membran mukosa bibir Normal
3.     Mata tidak cowong
4.     Urine normal >1500cc/24jam
A:Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

3

S:
Biasanya klien mengatakan BB dan TB sudah  bisa bertambah sesuai usia
O :
pertumbuhan rambut sudah tidak rontok, pemeriksaan serum darah ditemukan hormon somatotropik(Normal)

















BAB III
PENUTUP
3.1            Kesimpulan

Sindroma sella kosong adalah kondisi di mana kelenjar hipofisis menyusut atau menjadi rata.Sindroma sella kosong merupakan hasil perluasan asimtomatik sella turcica karena cacat dalam diapragma sellae serta herniasi meningas subarachnoidea dan cairan cerebrospinalis (LCS) ke dalam sella.Ia tersering timbul dalam wanita kegemukan usia separuh baya.Sindroma sella kosong diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sindroma sella kosong primer dan sindroma sella kosong sekunder.Sindroma sella kosong terjadi karena kelenjar hipofisis telah rusak, karena suatu tumor,terapi radiasi dan operasi.

3.2            Saran
1.     Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat mengetahui cara berfikir.
2.     Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3.     Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang pembuatan askep khususnya askep pada pasien sindroma sella kosong


DAFTAR PUSTAKA

Prince, Sylvia Anderson. Lorraine. M. Wilson . Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit- Ed.6 .Jakarta : EGC, 2005
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :1999
Vinay Kumar, ramzi S cotra. Buku Ajar Patologi, ed.7-Jakarta : EGC, 2007
Carpenito, Lynda Juall.  Buku Saku Diagnosis Keperawatan, ed.10-Jakarta : EGC, 2006


Tidak ada komentar:

Posting Komentar