MAKALAH
SISTEM ENDOKRIN 1
SINDROMASELLAKOSONG
Dosen Pembimbing:
Ns.Diah Eko Martini,.M.kep
Disusun Oleh:
1.Anna Rohmatin Mariya Ulfa
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKES)MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
TP:2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
System
endokrin terdiri atas kelompok organ yang sangat terintegrasi dan tersebar luas
dengan tujuan mempertahankan keseimbangan metabolic atau homeostasis, diantara
berbagai organ tubuh.Untuk mencapai hal ini, kelenjar endokrin mengeluarkan zat
perantara kimiawi atau hormone, yang mengatur aktivitas organ sasaran. Antara lain,
Kelenjar hipofifis yaitu sebuah struktur kecil mirip kacang yang terletak di
dasar otak di dalam cekungan sela tursika. Struktur ini terkait erat dengan
hipotalamus yang berhubungan dengan hipofisis melalui “tangkai”, yang terdiri
dari akson yang berjalan dari hipotalamus, dan pleksus vena yang membentuk
sirkulasi portal. Bersama dengan hipotalamus, hipofisis berperan sentral dalam
pengendalian sebagian besar kelenjar endokrin lain. Sejumlah proses juga
mengganggu aktivitas normal system endokrin, sehingga terbentuk
ketidaknormalan, atau adanya penyakit yang di sebut dengan Adenoma hipofisis
dan Sindroma sella Kosong, kedua masalah tersebut disebabkan oleh adanya
gangguan sintesis dan pelepasan hormone. Sehingga butuh penanganan yang tepat,
oleh karena itu penulis membuat makalah dengan judul “askep sindroma sella
kosong dan adenoma hipofisis”.
1.2.Rumusan
masalah
1. Apa
definisi dari Sindroma Sella Kosong?
2. Apa
Etiologi Sindroma Sella Kosong?
3. Bagaimana
Patofiologi Sindroma Sella Kosong?
4. Bagaimana
Manifestasi Klinis Sindroma Sella Kosong dan?
5. Bagaimana
Penatalaksanaan Sindroma Sella Kosong?
6. Bagaimana
Asuhan Keperawatan pada Sindroma Sella Kosong?
1.3.Tujuan
penulisan
1.3.1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah
Sistem Endokrin serta mempresentasikannya, pada program S1-Keperawatan di
STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Tujuan Khusus :
1.3.2.
Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk menjelaskan
pengertian dari sindroma sella
kosong
2.
Mengetahui etiologi sindroma sella kosong
3.
Dapat memahami patofisiologi sindroma sella kosong
4.
Mengetahui manifestasi klinis sindroma sella kosong dan adenoma hipofisis
5.
Mengetahui penatalaksanaan sindroma sella kosong
6.
Mengetahui dan mampu memberikan asuhan
keperawatan pada sindroma sella
kosong
1.4.
Manfaat
1. Agar mengetahui tentang definisi sindroma sella
serta penyebab-penyebabnya.
2. Meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman perawat tentang patofisiologi, manifestasi klinis dan
penatalaksanaannya.
3. Mampu mampu memberikan
asuhan keperawatan pada sindroma sella kosong.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Sindroma
sella Kosong
Sindrom
sella kosong adalah kondisi di mana kelenjar hipofisis menyusut atau menjadi
rata.Sindroma sella kosong
merupakan hasil perluasan asimtomatik sella turcica karena cacat dalam
diapragma sellae serta herniasi meningas subarachnoidea dan cairan
cerebrospinalis (LCS) ke dalam sella.Ia tersering timbul dalam wanita kegemukan
usia separuh baya dan dalam pemeriksa autopsy ditemukan 5-26% orang. Sebab
lain, sindroma sella kosong mencakup tumor nekrotikans dan bergenerasi,
Klasifikasi
:
1. Sindroma
sella kosong primer
Sindroma sella kosong primer terjadi ketika cacat anatomi kecil di
atas kelenjar hipofisis meningkatkan tekanan di sela tursika dan menyebabkan
kelenjar untuk meratakan keluar sepanjang dinding bagian dalam rongga sela
tursika. Sindroma sella kosong primer dikaitkan dengan obesitas
dan tekanan darah tinggi pada wanita.Gangguan tersebut dapat menjadi tanda
hipertensi intrakranial idiopatik.
2. Sindroma
sella kosong sekunder
Sindroma sella kosong sekunder adalah hasil dari kelenjar
hipofisis kemunduran dalam rongga setelah cedera, pembedahan, atau terapi
radiasi.Individu denganSindroma sella kosong sekunder akibat kerusakan
kelenjar hipofisis memiliki gejala yang mencerminkan hilangnya fungsi
hipofisis, seperti berhentinya periode menstruasi, infertilitas, kelelahan, dan
intoleransi terhadap stres dan infeksi.
Gambar sindroma sella kosong
2.2.Etiologi
Sindroma
sella kosong terjadi karena kelenjar hipofisis telah rusak, karena :
1. Suatu
tumor
2. Terapi
radiasi
3. operasi
2.3.Patofisiologi
Sebuah
diafragma sella yang tidak lengkap adalah prasyarat penting untuk pemgembangan
sella kosong. Semua factor lain hanya predisposisi untuk perkembangan
subarachnoid intrasellar herniasi, baik dengan peningkatan tekanan dalam ruang
subarachnoid suprasella atau dengan pengurangan ukuran kelenjar hipofisis.
1. Congenital,
kekurangan dari diafragma sella : tidak adanya total diafragma sella 20,5% dari
subyek normal. sella kosong juga dilaporkanterjadi pada 5,5% dari populasi
normal.
2. Factor
suprasella : ketika diafragma sella tidak lengkap, cairan serebrospinal secara
tidak langsung mengalir pada muka atas dari kelenjar hipofisis. Tekanan ruang
suprasella berkurang bila tekanan intracranial meningkat. Selain itu, tempat
kiasma optic posterior juga dapat menghadap permukaan atas dari kelenjar
hipofisis dan dengan demikian meningkatkan tekanan cairan serebrospinal di
atasnya.
3. Factor
hipofisis : setiap penurunan ukuran kelenjar hipofisis intrasella dari
bertambahnya luas subarachnoid suprasella. Pengurangan tersebut dapat terjadi
karena :
a. Fisiologisinvolusi: terjadiseringpada
wanita.Kehamilanmembawavariasi yang besardalam ukurankelenjar hipofisisdan
setelah melahirkanadainvolusi. Demikian pula,setelah
menopausepenguranganvolumehipofisis.Inimenjelaskanperubahanyang sangat
jelasdalamperempuan, terutamasetelah usia40tahun.Situasi yang samaterjadidalam
kasus-kasusutamakegagalan organ(tiroid,adrenal,gonad) dimana hipofisishiperplasiaterjadi karenahilangnyaumpan balik.Penggantiankekuranganhormonmenyebabkanpenekananumpan
balikdarisekresihormon
tropikhipofisisdaninvolusidarihipofisishiperplastikkelenjaryang
mengakibatkansellakosong.
b. involusiPatologis: penyusutandarikelenjarhipofisisdapatterjadisetelahpasca
melahirkanhipofisisnekrosis(sindromSheehan) atauhipofisispada pasien denganinfarkdi
penyakit jantung, diabetes, peningkatan tekanan intrakranial,cedera kepala, meningitis, atausinustrombosis.
4. Pecahnyakistaintrasellaratauparasellar:Kistadiisi cairandari
daerahSellarbaikdikenaldan dapat menyebabkanvisual ataugejala
endokrinsertaperubahankonturdarisellatersebut.Pecahnyakistatersebutmemungkinkanintrasellarmemperpanjang
ruang subarachnoid.
Namun, pecah sepertimungkinjarang
terjadi.
2.4.Pathway
Sindroma sella kosong
|
Gangguan
harga diri
|
Primer
(berasal dari kelenjar sendiri)
(
|
Sekunder (tumor, radiasi, dan
operasi)
|
Penyusutan sella tursica
|
Penyusutan kelenjar hipofisis
|
Kecacatan
pada kelenjar hipofisis
|
Tekenan di sela tursika
|
Nyeri
|
Lobus
posterior
|
Lobus anterior
|
ADH ¯
|
oksitosin¯
|
Gonadotropik ¯
|
Somatotropik ¯
|
hipopitutarisme
|
poliuria
|
Gangguan volume cairan
|
FSH ¯ LH ¯
|
Hormone
pertumbuhan ¯
|
Tidak
adanya seks sekunder
|
Gangguan tumbuh kembang
|
2.5.Manifestasi
Klinik
1. Sindroma
sella kosong primer
a. Seringkali
tidak ditemukan gejala akibat hilangnya fungsi kelenjar
b. Kadang
gejala timbul akibat peningkatan kadar hormone prolaktin
c. Menstruasi
yang tidak teratur atau tidak terjadi menstruasi
d. Libido
yang rendah
e. Impotensia
(disfungsi ereksi)
2. Sindroma
sella sekunder
a. Letih,
lesu
b. Tidak
tahan terhadap cuaca dingin
c. Nafsu
makan berkurang
d. Penurunan
berat badan
e. Nyeri
perut
f. Tekanan
darah rendah
g. Sakit
kepala
h. Gangguan
penglihatan
i. Jika
sindroma ini terjadi pada masa pertumbuhan, maka tinggi badan biasanya pendek
(<150 cm)
j. Rambut
ketiak atau rambut kemaluan mengalami kerontokan
k. Wanita
: terhentinya siklus menstruasi, kemandulan, kegagalan menyusui.
l. Pria
: hasrat seksual menurun, rambut wajah atau rambut tubuh mengalami kerontokan.
m. Anak-anak
: pertumbuhan badan dan perkembangan seksualnya lambat.
2.6.Penatalaksanaan
1. Sindroma
sella kosong primer tidak ada pengobatan jika fungsi hipofisis normal, namun
obat-obatan seperti bromokriptin, yang kadar prolaktin lebih rendah, mungkin diresepkan
jika kadar prolaktin tinggi dan mengganggu fungsi ovarium atau testis.
2. Sindroma
sella kosong sekunder pengobatan melibatkan penggantian hormone yang kurang,
harus menjalani terapi sulih hormone.
2.7.Komplikasi
1. Komplikasi
dari sindroma sella primer kosong termasuk hiperprolaktin ringan.
2. Komplikasi dari
sindrom sella sekunder kosong terkait dengan penyebab penyakit kelenjar
hipofisis atau efek hormon hipofisis terlalu sedikit.
2.8.Pemeriksaan
Penunjang
1. Rotgen
2. CT
Scan
3. MRI
tulang tengkorak, semuannya menunjukkan adannya pembesaran sella tursika dan
tidak adanya gambaran kelenjar hipofisis.
Gambar
pemeriksaan dari MRI
2.9.Asuhan
Keperawatan pada Sindroma Sella Kosong
2.9.1.
Pengkajian
Anamnesa,
meliputi :
i.
Identitas
pasien :
a. Nama
: -
b. Umur
:biasanya paling umum pada usia separuh baya
c. Jenis
kelamin : secara spesifik tidak ada perbedaan, namun sering timbul pada wanita
obesitas.
d. Alamat
:biasanya tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara kejadian sindroma sella
kosong dengan tempat tinggal.
e. Pekerjaan
:biasanya tidak ada hubungan dengan proses penyakit
ii.
Riwayat
Kesehatan :
a. Keluhan
Utama :biasanya pasien datang dengan keluhan pandangan sering kabur.
b. Riwayat
penyakit sekarang :biasanya pasien juga sering sakit kepala,
c. Riwayat
penyakit dahulu :biasanya klien tidak pernah menderita penyakit apapun sebelumnya.
d. Riwayat
penyakit keluarga :tanyakan apakah anggota keluarga
ada yang menderita penyakit yang sama.
e. Riwayat
kesehatan lingkungan :biasanya klien menjaga
kebersihan diri maupun lingkungannya.
Pemeriksaan
Fisik dan Observasi, meliputi :
1. Keadaan
Umum
Di
dapatkan klien tampaklemah,
a. TD :
menurun(<120-80mmHg)
b. N :
normal(100x/menit)
c. RR :
normal (21x/menit)
d. S :
normal (37oC)
e. BB :
Menurun
2. Tingkat
kesadaran
Biasanya
Kesadaran somnolen
Pemeriksaan
kepala
a. Kepala
:biasanya mesosepal, rambut hitam, tipis, dan bersih,
biasanya adanya tanda PTIK yaitu nyeri kepala, penurunan kesadaran, mual atau
muntah
b. Mata
:biasanya mata anemis(-), sclera ikterik(-), dan pupil
terhadap cahaya (+), pandangan kabur
c. Hidung
:biasanya pernapasan Cuping hidung (-), secret
(+),epitaksis(-)
d. Telinga
:biasanya serumen (-), bentuk simetris
e. Leher
:
Palpasi
:biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
4. Dada
Inspeksi :biasanya bentuk
normal, pengembangan dada simetris, dan tidak ada retraksi dinding dada
5. Jantung
Inspeksi :biasanya tidak
ada pembesaran
Palpasi :biasanya tidak
teraba ictus cordis
Perkusi : bunyi jantung
pekak
Auskultasi :biasanya tidak
ada suara bising atau gallop
6. Paru-paru
Inspeksi
: pengembangan paru kanan kiri simetris
Palpasi
:biasanya tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: sonor seluruh lapang pandang
Auskultasi
: pernafasan vesikuler
7. Abdomen
Inspeksi : biasanya abdomen
tampak rata, tidak ada pembesaran
Palpasi :biasanya tidak ada pengerasan pada
abdomen, terkadang nyeri perut
Perkusi : timpani
Auskultasi :biasanya bising
usus normal
8. Genetalia
Inspeksi :biasanya tidak
ada penyakit kelamin, tidak ada hemoroid
Palpasi :biasanya tidak
ada pembesaran genetalia
9. Ekstremitas
Inspeksi :biasanya tidak
ada oedema,
Palpasi :biasanya akral
hangat
Pemeriksaan tambahan
tentang nyeri
P :biasanya pasien mengatakan nyeri sakit
kepala
Q : biasanya pasien
mengatakan nyeri seperti tertusuk
R : biasanya pasien
mengatakan nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala
nyeri 6
T : biasanya pasien
mengatakan nyeri menetap
Fungsional
Gordon
1. Pola
nutrisi dan metabolism
biasanyaKlien mengalami penurunan nafsu makan,
2. Pola
persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan makan
yang mentah atau setengah matang, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensi) karena dapat mempengaruhi
lamanyapenyembuhan penyakit.
3. Pola
sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan
sensorik nyeri, pendengaran serta penglihatan, kemampuan berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu, san tempat.
4. Pola
eliminasi
a. Eliminasi
Alvi : biasanyapasien tidak mengalami
konstipasi
b. Eliminasi
Urine : biasanya mengalami poliguri,
urine >500cc
5. Pola
aktivitas dan latihan
Aktivitas
klienbiasanya terganggu karena
adanya sakit kepala
6. Pola
tidur dan istirahat
Pola
istirahat tidur biasanya terganggu sehubungan
dengan poliguri
7. Pola
persepsi dan konsep diri
Biasanya akan terjadi
kecemasan dan ketakutan terhadap keadaan penyakitnya, merupakan dampak
psikologi pasien. Sedangkan konsep diri klien, meliputi:body image, harga diri,
peran, identitas apakah akan terjadi perubahan atau tidak.
8. Pola
hubungan dan peran
Biasanya Peran dan
hubungan pasien dengan keluarga akan terjadi perubahan.
9. Pola
reproduksi seksual
biasanyaTerganggu
berhubungan seksual karena penurunan libido.
10. Pola
penaggulangan stress
biasanyaPasien sering
melamun sehubungan dengan penyakitnya.
11. Pola
tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah
biasanyaakan terganggu karena badannya letih dan lesu.
Laboratorium
:
Pemeriksaan
laboratorium perlu untuk mengetahui apakah ada kelainan sistemik, kelainan
metabolisme yang harus di koreksi :
1. Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH,
GH< prolaktin kortisol, aldosteron, testosterone, androgen, penurunan hormon
somatotropik ,test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi
tiroid realizing hormon.
2.9.2.
Contoh Analisa dan Diagnose
Keperawatan
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
Ds : biasanya pasien mengatakan nyeri
pada kepala
Do :
1.
Biasanya
wajah Nampak meringis
2.
TT nyeri
P : biasanya
nyerisakit kepala
Q : nyeri tertusuk
R : nyeri dibagian
kepala
S : biasanya skala
nyeri 6
T : biasanya nyeri
menetap
|
Tekanan
di sella tursika meningkat
|
Nyeri
|
2.
|
Ds
: biasanya pasien akan mengatakan sering haus
Do
:
1.
TTV
TD:Menurun(<120/80mmHg)
N: Normal(100x/menit)
S : Normal(37oC)
RR :Normal(21x/menit)
2.
Turgor
kulit menurun(>2dtk)
3.
Membran
mukosa bibir kering
4.
Mata
cowong
5.
Urine
: Menurun(>500cc)
|
Pengeluaran
cairan berlebih (urine) sekunder dengan otot hipopituarisme
|
Gangguan
kebutuhan cairan
|
3.
|
Ds
:
Biasanya
klien mengatakan BB dan TB tidak bisa bertambah sesuai usia
Do
:
Pertumbuhan
rambut rontok.pemeriksaan serum darah ditemukan
hormon somatotropik menurun
|
Hormone
pertumbuhan menurun (somatotropik)
|
Gangguan
tumbuh kembang
|
Diagnose
Keperawatan
1. Nyeri
b.d Tekanan di sella tursika meningkat
2. Gangguan
kebutuhan cairan b.d Pengeluaran cairan berlebih (urine) sekunder dengan otot
hipopituarisme
3. Gangguan
tumbuh kembang b.d Hormone pertumbuhan menurun (somatotropik)
2.9.3. Perencanaan
Tanggal
|
No.DX
|
Tujuan
|
intervensi
|
Rasional
|
TTD
|
1
|
setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri dapat berkurang dengan
KH:
K:
Klien mampu mengidentifikasi
penyebab dari nyeri kepala yang diderita
A:
Klien mengatakan nayaman
setelah nyeri kepala berkurang
P:
Klien mampu melakukan teknik
distraksi dan relaksasi dengan baik
P:
Skala nyeri berkurang1-10(3-4)
|
1.
Kaji nyeri secara komprehensif
Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
2.
Berikan
lingkungan yang tenang dan posisi yang nyaman.
3.
Observasi TTV
4.
Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengatasi nyeri.
5.
Kolaborasi :
berikan obat analgesik sesuai dengan
indikasi
|
1. Untuk mengetahui skala nyeri.
2. Meringankan nyeri dan memberikan rasa
nyaman. Posisi yang nyaman dapat memberikan efek maksimal
untuk relaksasi
3. Untuk
mengetahui keadaan umum pasien
4. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.
5. Memberikan rasa nyaman pada saat nyeri.
|
||
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24jam diharapkan gangguan keseimbangan teratasi dengan
KH:
K:
Klien mengetahui cara
mengatasi gangguan keseimbangan cairan
A:
Klien mengatakan BAK nya
sudah seperti biasa(Normal)
P:
Klien dapat mengatur jumlah
minum dalam sehari
P:
TTV dalam batas normal
TD:120/80mmHg
N: 90 x/mnt
S; 370C
RR : 20 x/mnt),
Turgor kulit normal (< 2 detik), membran mukosa bibir basah, mata tidak
cowong, Urine normal (1500cc/24jam)
|
1.
Observasi perubahan TTV
secara berkala
2. kaji turgor
kulit,kelembaban membran mukosa
(bibir, lidah).
3.
Ajarkan cara mencegah
gangguan keseimbangan cairan secara sederhana
4.
Colaborasi pemberian
cairan parenteral,tranfusi sesuai dengan indikasi
|
1.
Peningkatan
suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik, TD ortostatik berubah
dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2. Indikator langsung keadekuatan
volume cairan
3.
Agar tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
yang lebih berat
4.
Menurunkan resiko dehidrasi
|
||
3
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6x24 jam diharapkan gangguan tumbuh kembang teratasi(berat
badan klien bertambah) dengan
KH:
K:
Klien mengetahui cara
meningkatkan TB dan Bbnya
A:
Klien mengatakan BB dan TB
nya meningkat
P:
Klien menghabiskan seluruh
porsi makannya
P:
BB dan TB naik pertumbuhan
rambut baik dan tidak rontok
|
1.
Observasi perubahan TTV
secara berkala
2.
Berikan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan
3.
Berikan HE kepada klien
tentang gangguan tumbuh kembang
4.
Kolaborasi dengan ahli
gizi dantenaga kesehatan lain
|
1. Untuk mengetahui potensi
gangguan dini
2. Memberikan nutrisi yang adekuat
akan memperbaiki status gizi klien
3. Agar pengetahuan klien tentang
gangguan tumbuh kembang bertambah dan dapat mencegah terjadinya gangguan
secara mandiri
4. Agar terdeteksi secara dini
apabila terjadi gangguan tumbuh kembang
|
2.9.4 IMPLEMENTASI
TGL/JAM
|
NO.DX
|
IMPLEMENTASI
|
RESPON PX
|
TTD
|
27/05/15
07:30
08:15
09:00
09:15
09:30
12:00
13:00
13:45
|
1,2,3
3
2
1
1
2
1,2
4
|
Mengobservasi TTV
dan skala nyeri pada kepala
Memberikan
nutrisi sesuai dengan kebutuhan
Mengkaji turgor kulit,kelembaban
membran mukosa
Memberikan obat
analgesik sesuai dengan indikasi
Memberikan lingkungan
yang tenang dan posisi yang nyaman.
memberikan cairan
parenteral, transfusi sesuai indikasi.
Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi nyeri
Memberikan HE untuk mempertahankan status gizi agar TB dan TB bertambah
sesuai dengan usia
|
DS:
Klien mengatakan
nyeri pada kepala berkurang
DO:
Klien tampak
rileks
P: biasanya nyeri
sakit kepala
Q : nyeri Seperti
tersususk
R : nyeri dibagian
kepala
S : biasanya skala
nyeri 5
T :
biasanya nyeri menetap
DS:-
DO:
Klien
menghabiskan porsi makan yang diberikan
DS:
Klien kooperatif
DO:
·
Turgor kulit normal (< 2 detik)
·
Membran mukosa bibir basah
·
Mata tidak cowong
·
Urine normal (1500cc/24jam)
DS:-
DO:
Klien meminum obat sesuai dengan anjuran
DS:
DO:
Klien tampak nyaman dan rileks
DS:
DO:
Klien kooperatif
DS:
DO:
Klien melakukan teknik distraksi dan relaksasi sesuai
dengan prosedur yang diajarkan oleh tenaga kesehatan
DS:
DO:
Klien mengerti dengan informasi yang diberikan tenaga
kesehatan.
|
2.9.5 EVALUASI
NO.DX
|
TANGGAL/JAM
|
EVALUASI
|
TTD
|
1
|
S:
Biasanya klien mengatakan nyeri pada kepalanya
berkurang/hilang
O:
1. Biasanya wajah Nampak rileks
2. TT nyeri berkurang
P : biasanya nyeri sakit kepala
Q : nyeri seperti tertusuktertusuk
R : nyeri dibagian kepala
S : biasanya skala nyeri berkurang4(1-10)
T
: biasanya nyeri menetap
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Intervensi
dilanjutkan/dihentikan
|
||
2
|
S
: biasanya klien sudah tidak mengatakan
sering haus
O
:
1.
TD: (Normal)120/80mmHg
N: (Normal)100x/menit
S: (Normal):37OC
RR: (Normal)21x/menit
1.
Turgor
kulit normal(kembali < 2dtk)
2.
Membran
mukosa bibir Normal
3.
Mata
tidak cowong
4.
Urine
normal >1500cc/24jam
A:Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
|
||
3
|
S:
Biasanya
klien mengatakan BB dan TB sudah bisa bertambah sesuai usia
O
:
pertumbuhan
rambut sudah tidak rontok, pemeriksaan serum
darah ditemukan hormon somatotropik(Normal)
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sindroma sella kosong adalah kondisi di mana kelenjar hipofisis menyusut atau menjadi rata.Sindroma sella kosong merupakan hasil perluasan
asimtomatik sella turcica karena cacat dalam diapragma sellae serta herniasi
meningas subarachnoidea dan cairan cerebrospinalis (LCS) ke dalam sella.Ia
tersering timbul dalam wanita kegemukan usia separuh baya.Sindroma sella kosong diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sindroma sella
kosong primer dan sindroma sella kosong sekunder.Sindroma
sella kosong terjadi karena kelenjar hipofisis telah rusak, karena suatu
tumor,terapi
radiasi
dan operasi.
3.2
Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan
kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat
mengetahui cara berfikir.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen
pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang pembuatan askep khususnya
askep pada pasien sindroma sella kosong
DAFTAR PUSTAKA
Prince,
Sylvia Anderson. Lorraine. M. Wilson . Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit- Ed.6 .Jakarta : EGC, 2005
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta :1999
Vinay Kumar,
ramzi S cotra. Buku Ajar Patologi, ed.7-Jakarta : EGC, 2007
Carpenito,
Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan, ed.10-Jakarta : EGC, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar